Latar Belakang Surat I Korintus
Ketika Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19) (pendapat lain menyebut Paulus sedang berada di Efesus), Stefanus dan dua orang kawannya datang membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1). Isi yang dipaparkan di dalamnya sungguh membuat hati Paulus sedih, menceritakan kondisi jemaat yang menurun, baik moral maupun iman. Jika mengingat kondisi kota Korintus, kota yang sangat heterogen, beragam suku bangsa ada di sana, sebuah kota kuno metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus, membuat godaan umat pun lebih besar di sana, lebih mudah juga untuk memakluminya. Apalagi seperti layaknya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Namun demikian kondisi degradasi moral yang tajam di kota itu tidak berarti boleh dijadikan sebagai dalih oleh umat di Korintus. Kesedihan Paulus lebih besar ketika mendengar, bahwa umat yang sudah mengenal kebenaran itu enggan untuk hidup “esklusif” berbeda dari dunia.
Buah Pelayanan Paulus
Jemaat Korintus adalah buah pelayanan Paulus selama di sana. Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan juga rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama lebih delapan belas bulan. Pelayanannya di Korintus dilakukan Paulus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Penanaman benih kebenaran di Korintus tidak bisa dianggap enteng. Paulus dan rekan-rekan pelayanannya bahkan sempat membuat sebuah “Sekolah Alkitab” yang dibuat secara khusus untuk mereka, di samping rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ada beragam persoalan yang dialami oleh jemaat Korintus, seperti mereka ceritakan dalam surat yang dibawa oleh Stefanus. Jemaat yang terdiri dari beberapa orang Yahudi, tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala bahkan menjadi kendala tersendiri di kemudian hari.
Macam masalah lain timbul di dalam gereja yang terbilang masih muda itu. Masalah utamanya adalah perpecahan umat yang ditengarai muncul karena fanatisme berlebih umat kepada hamba Tuhan yang melanjutkan pelayanan Paulus di Korintus. “Saya golongan Paulus; Saya golongan Petrus; Saya golongan Apolos; Saya golongan Kristus”, adalah suara-suara yang kerap terdengar, merupakan skandal gereja muda yang terpecah-belah (pasal 1-4). Belum lagi persoalan-persoalan lain, seperti: gereja muda yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3); keengganan umat untuk secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17); toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13); pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58); dan lokus persoalan lain tentang dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Persoalan tentang kebebasan (kemerdekaan) ini membuat Paulus betul-betul marah. Sebagian Orang Kristen yang merasa diri 'kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam rumah-rumah berhala di Korintus. Padahal hal ini membuat orang Kristen 'yang lemah' menjadi semakin bingung dan merasa dilemahkan oleh perbuatan mereka. Juga terkait kebebasan tentang wanita merasa boleh menanggalkan kerudung, kendati sebagian pria Kristen tradisional masih berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Ditulisnya surat-surat Paulus, selama lebih dari tiga tahun pelayanannya di Efesus (sekitar Tahun 55/56) (Kis 20:31), menunjukkan betapa seriusnya respons Paulus terhadap persoalan-persoalan tersebut. Niatnya jelas dan tegas, yakni untuk membenahi masalah-masalah serius yang terjadi dalam jemaat di Korintus. Di samping itu Paulus juga hendak memberi bimbingan dan instruksi dan menjawab berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh jemaat di Korintus kepadanya. Slawi/dbs
Gambaran kota Korintus
Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini pernah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM. Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM. Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya yang pada tahun 55 M dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar). Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana. Kota ini didominasi oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara dan pemujaan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes. Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.
Gambaran Jemaat di Korintus
Gereja di Korintus didirikan pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua, sekitar musim gugur tahun 52 M, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Di Korintus, Paulus tinggal selama 18 bulan, mengasuh gereja yang baru ini, sambil sehari-hari bekerja sebagai tukang membuat tenda. Paulus menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'. Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau. Akibat kekacauan ini, jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap). Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka. Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi Gnostik.Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan Kristen, awalnya di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, dalam praktik penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.
Penulis dan Tempat Penulisan Surat I Korintus
Surat ini menyebut Paulus sebagai pengarang utama surat ini, bersama Sostenes, seperti yang tertulis di 1 Korintus 1:1. Tampaknya surat ini ditulis dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya penulisan surat di atas kertas perkamen, tetapi di akhir surat ini, Paulus menulis dengan tulisan tangannya sendiri. Ia menulis surat ini di kota Efesus.
Waktu penulisan
Berdasarkan informasi dari Kisah Para Rasul 20:31 kemungkinan besar pada tahun terakhir dari masa tinggal selama 3 tahun di Efesus, sekitar 56 M, yang berarti gereja Korintus saat itu berusia sekitar 4 tahun.
Tujuan penulisan
Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang membuat perbedaan golongan. Atas perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis suratnya untuk menegur perpecahan yang telah merusak iman jemaat.
Garis Besar Isi
Secara garis besar, isi surat I Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu:
· Salam dan pengantar (1:1-9).
· Perpecahan dalam jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).
· Kejadian maksiat (asusila) (5:1-13).
· Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).
· Pembicaraan mengenai perkawinan (7:1-40).
· Persoalan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala: tafsiran Paulus mengenai pelayanan yang rasuli (8:1-11:1).
· Pembenaran terhadap ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala wanita, pesta kasih, dan perjamuan kudus (11:2-34).
· Karunia-karunia rohani (12:1-31; 14:1-40).
· Konsep tentang Kasih (13:1-13).
· Ajaran Kristen yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-58).
· Petunjuk tentang pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam peringatan; salam penutup (16:1-24)
Tema Pokok
Pergumulan kepemimpinan dalam gereja
Jemaat terpecah menjadi berbagai kelompok yang memilih salah satu dari tiga pemimpin: Paulus, Petrus, atau Apolos (1:12). Paulus menasihatkan, "adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu?" (1:10,13).
Orang Kristen yang bertindak buruk
Paulus heran dengan banyaknya tindakan yang bertentangan dengan sikap Kristen. Orang Kristen berkewajiban untuk mengkritik dan mendisiplin anggota-anggota mereka. Ia menasihati agar "jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu" (5:11). Bahkan lebih tegas Paulus menambahkan, "usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (5:13).
Pernikahan
Tuhan memberikan kepada sebagian orang karunia menjadi suami atau istri, dan sebagian diberikan karunia untuk tinggal membujang, demi kepentingan kerajaan-Nya (7:7,32). Paulus mengakui "lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu." (7:9).
Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala
Paulus menganggap masalah ini tidak terlalu penting, karena semua makanan berasal dari Tuhan, namun demikian orang Kristen harus peka terhadap orang-orang percaya lain yang berkeberatan makan hidangan seperti itu (8:1-13).
Pakaian untuk ibadah
Orang harus berpakaian dengan pantas, bukan sebagai orang yang pamer, menarik perhatian untuk diri sendiri, atau sebagai godaan untuk lawan jenis (11:1-16).
Perjamuan Tuhan
Ini merupakan perayaan bersama untuk mengenang kematian dan kebangkitan Kristus. Jemaat Korintus telah menggantinya menjadi pemisahan makanan bagi orang yang kaya dan miskin. Orang miskin hanya makan makanan yang tersisa (11:20-33).
Karunia Rohani
Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda kepada berbagai orang. Setiap karunia penting dan bermanfaat dalam pekerjaan Tuhan (12:1-31).
Kasih
Puisi tentang kasih muncul setelah Paulus berbicara mengenai karunia-karunia. Paulus menekankan bahwa semua kemampuan itu tidak berarti jika tidak keluar dari hati yang penuh kasih. Kemampuan untuk mengasihi seseorang adalah karunia terbesar dari semua karunia -lebih besar dari pengharapan bahkan lebih besar dari iman (13:13).
Kebangkitan Kristus dan iman kita
Beberapa orang percaya saat itu tidak percaya bahwa tubuh akan dibangkitkan. Paulus mengajarkan bahwa, "jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu." Inilah jaminan bahwa orang yang telah mati akan dihidupkan kembali. Sebab kematian masuk ke dalam dunia dengan perantaraan satu orang, begitu juga hidup kembali dari kematian diberikan kepada manusia dengan perantaraan satu orang (15:20-21).
Pokok-pokok Teologis
Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan
Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu,
Ø pertama adanya berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3).
Ø Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33),
Ø ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.
Hidup kudus sebagai tubuh Kristus
Sabagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan. Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah Bagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala. Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26 &32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.
Kebangkitan orang mati
Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Korintus 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus. Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan. Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).
Latar Belakang Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus adalah bagian dari surat-menyurat Paulus dengan orang-orang Kristen di Korintus yang berhasil dilestarikan. Andaikan memiliki seluruh kumpulan surat-menyurat, termasuk pesan-pesan yang dikirimkan kepada para rasul dari Korintus, tentu akan lebih mampu memahami mengapa Paulus menulis seperti yang ia lakukan dalam surat tersebut. Namun kenyataannya, hanya memiliki potongan-potongan dari sebuah dialog yang menjadi argumen. Untuk mengikuti argumen ini harus berusaha merekonstruksikan hubungan-hubungan yang berubah-berubah antara rasul tersebut dengan jemaat di Korintus.
Selama Paulus tinggal di Efesus ia tetap memelihara hubungan dengan jemaat-jemaat di Akhaya yang dibangunnya pada perjalanan sebelumnya. Gereja di Korintus merupakan suatu masalah yang merepotkan dirinya karena ketidakstabilan kerohanian. Sebagian besar tersebar di Korintus dari anggota jemaat adalah bukan orang Yahudi yang tidak pernah dididik dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan yang latar belakang religius serta moralnya sangat bertolak belakang dengan norma-norma Kristiani, banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka sebelum mereka mencapai kedewasaan rohani (1 Kor. 3:1-3).[24]
Pelayanan Apolos di antara mereka sangat membantu dalam banyak hal. Caranya mengajar dan menyampaikan kebenaran menarik hati orang-orang di Korintus. Yang terutama sangat bermanfaat untuk menghadapi orang-orang Yahudi, karena ia sangat memahami Perjanjian Lama dan dapat berdebat di muka umum dengan gaya yang sangat meyakinkan (1 Kor. 16:12).
Paulus menulis surat kiriman ini dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2 Kor. 1:1; 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:
1) setelah beberapa kali berhubungan dan surat menyurat yang awal di antara Paulus dengan jemaat (1 Kor. 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56.
2) Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2 Kor. 2:1-2).
3) setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di efesus bahwa para penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.
4) Sebagai tanggapan terdapat laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).
5) segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2 Kor. 13:1), dan tinggal disitu selama lebih kurang tiga bulan (Kis. 20:1-3a). dari situ ia menulis Kitab Roma.
Penulis Dan Tahun Penulisan
Penulis
Surat 2 Korintus penulis adalah Paulus sendiri dan Timotius dengan mengalamatkan surat 2 Korintus kepada jemaat Allah di Korintus dan semua orang Kudus di seluruh Akhaya. Surat 2 Korintus adalah salah satu dari ketiga surat (1 & 2 serta Roma) yang menempati posisi sentral bagian kitab Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Adalah lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk jemaat di kota Korintus, Yunani. Surat ini langsung ditulis oleh rasul Paulus.
Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus. Ia juga menyampaikan pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah mentaati pesan yang disampaikannya pada suratnya yang pertama. Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut dengan baik oleh jemaat di Korintus.
Kemudian Paulus mulai menceritakan hal ihwal yang mendorongnya menulis surat 2 Korintus ini (2 Kor. 2:12-13). Sebagai rasul menjadi hamba jemaat atas panggilan Allah sendiri (2 Kor. 4:5-6). Paulus sendiri tentu saja lemah dan dalam pelayanannya mendapat banyak kesusahan (2 Kor. 4:7-12). Kendatipun Ia merasa kuat dan berani karena Roh Allah (2 Kor. 4:13-14) dan kerjanya sudah membawa banyak hasil juga (2 Kor. 4:5). Tetapi Paulus dengan penuh harapan menulis surat yang kedua ini untuk jemaat Allah di Korintus.[31]
Untuk mempertahankan standar moral yang rasul mengharapkan gereja-gereja menghargai kepemimpinan terhadap satu sama lain (1 Kor. 4:6), sebab ada gangguan serius dalam ibadah masyarakat (1 Kor. 11:17-22), karena banyak jemaat di Korintus telah diasumsikan atas dasar (1 Kor. 1:12), bahwa gereja dibagi menjadi faksi saingan, masing-masing mengaku taat pada pemimpin tertentu (Paulus, Apolos, beberapa termasuk Kephas, beberapa juga mengakui bahwa taat pada pimpinan Kristus). Masing-masing pihak dapat mengklaim keutamaan yang dipilih bahkan secara terbuka banyak pendapat keluar dari jalur pemikiran Paulus dalam suratnya yang pertama. Sedangkan Timotius telah dikirim ke Korintus dengan mandat untuk “mengingatkan jemaat Korintus tentang cara hidup di dalam Kristus Yesus (1 Kor. 4:17).”
Tahun Penulisan
Berdasarkan waktu pertemuan dengan Titus, kemungkinan besar surat ini ditulis di Makedonia pada akhir tahun 56 M. Tanggapan terhadap surat yang pertama sangat memuaskan. Apolos dan Kefas sudah pindah ke tempat lain, dan jemaat ini menjadi Kacau karena kekurangan pemimpin. Desas-desus yang menggelisahkan mengenai dirinya sampai juga ke Efesus oleh karena suatu urusan usaha. Ia mengumpulkan dana sumbangan bagi orang-orang miskin di Yerusalem, yang dibawanya serta dalam perjalanannya yang terakhir ke kota itu (Kish. 24:17), di mana ia berpikir untuk kembali ke palestina lagi dalam waktu dekat. Mungkin Ia ditulis dalam musim dingin tahun 55 TM, pada puncak kariernya di Efesus.
Penerima Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus diterima oleh semua jemaat Allah di Korintus dan seluruh orang Kudus di Akhaya. Rasul Paulus mengalamatkan surat 2 Korintus kepada semua jemaat Allah di Korintus dan seluruh orang Kudus di Akhaya dengan menulis namanya sendiri (dari Rasul Paulus dan dari Timotius). Surat kanonis terilham yang ditulis rasul Paulus kepada orang-orang Kristen di Yunani pada abad pertama. Paulus mengidentifikasi dirinya sebagai penulis kedua surat ini, dengan mengalamatkan surat pertama Korintus kepada ”sidang jemaat Allah yang ada di Korintus”, dan surat kedua Korintus kepada ”sidang jemaat Allah yang ada di Korintus, bersama semua orang kudus yang berada di seluruh Akhaya (1 Kor. 1:1, 2; 2 Kor. 1:1).”[34]
Tujuan Penulisan Kitab 2 Korintus
Yang mengenal hikmat Allah yang lebih tinggi kekuatan Allah yang menjadi orang-orang bodoh bagi Kristus “yang bodoh dari Allah” itu jauh lebih besar hikmatnya dari pada hikmat manusia yang tertinggi. Maksud Paulus disini hikmat yang datang dari Allah jauh lebih tinggi membandingkan hikmat manusia yang dimiliki dari dunia ini.
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang Korintus.
1) Ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka;
2) Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus menerus menolak wewenang dan tegurannya.
3) Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.
Keunikan Surat 2 Korintus
Keunikan surat 2 Korintus yang ditulis oleh Rasul Paulus yang ditujukkan kepada jemaat Allah yang ada di kota Korintus, surat 2 Korintus ini memiliki keunikan seperti berikut:
1) Surat 2 Korintus ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus. Banyak petunjuk tentang dirinya, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan bahkan dengan malu, tetapi karena terpaksa mengingat situasi yang ada di Korintus.
2) Dilihat isi surat ini paling banyak membahas masalah dalam jemaat. Paulus menulis surat ini tiada lain untuk memperbaiki keadaan dalam jemaat Korintus. J. Wesley Brill menggemukakan, bahwa ada delapan kesalahan yang dicatatnya, yaitu pertengkaran dan perpecahan, ketertiban dalam jemaat, masalah pengadilan, kehalalan, pernikahan, pemberhalaan, kebangkitan dan masalah kebangkitan.
3) Surat 2 Korintus ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya Bahkan bapa rohani yang membentuk dirinya. dalam surat 2 Korintus banyak disebutkan tokoh rohani yang membentuk Paulus dalam pemberitaan injil bahkan terus memberikan dorongan dalam membimbing jemaat di Korintus.
4) Perhatian Paulus di sini, menunjukkan dia sangat bertanggun jawab dalam membangun dan menggembalakan jemaatnya. Paulus menyebut nama Sostenes, yang kemungkinan adalah kepala rumah ibadat waktu Paulus memberitakan Injil di Korintus (Kish. 18:17; 1 Kor. 1:1) juga Cloe, sebagai orang yang memberitakan terjadinya masalah di jemaat Korintus (1 Kor. 1:11); Apolos yang juga melayani jemaat Korintus (1 Kor. 1:12;16:12); Timotius, anak rohani Paulus juga ke Korintus untuk mengajarkan jemaat 1 Korintus. 4:17;16:10); Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus juga membantu Paulus dalam membimbing jemaat Korintus.
5) Surat 2 Korintus ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen (2 Kor. 1:3-11; 2 Kor. 4:7-18; 2 Kor. 6:3-10; 2 Kor. 11:23-30; 2 Kor. 12:1-10) dan mengenai hal memberi secara kristiani (2 Kor. 8-9; 2 Kor. 8:1-9:15). Menjelaskan lanjutannya dari 1 Korintus menegaskan kerasulan Paulus yang memiliki hak dan kewajiban dalam pemberitaan Injil. Paulus menegaskan kepada Jemaat Korintus, bahwa ia dipilih oleh Yesus sebagai rasul-Nya (1 Kor. 1:1; 9:1-27). Sebagai rasul Kristus, Paulus mau membangun jemaat Korintus dan memeliharanya, demi untuk memajukan pekerjaan Tuhan di Korintus.
6) Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini. Ia mampu menghadapi pengritiknya di Korintus yang menyatakan bahwa dia sama sekali bukan rasul yang dipilih Allah dan memukili dia (2 Kor. 11:24,25; Kish. 14:19 dilempari batu sehingga dalam penulisan kedua Korintus menyatakan berapa besar pertahanan dalam penderitaan.
Tugas
Baca materi dan buatlah rangkuman untuk dipelajari
Comentários