a. Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius
Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru. Timotius adalah seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi.
b. Tujuan penulisan
Dalam Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga hal yang ada sangkut pautnya satu sama lain.
Pertama-tama ialah peringatan kepada Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-ajaran itu merupakan campuran paham Yahudi dan paham non-Yahudi berdasarkan kepercayaan bahwa alam semesta sudah jahat, dan keselamatan hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu, dan menaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin, pantang makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya.
Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat dan mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi penilik dan pembantu jemaat.
Akhirnya Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.
c. Waktu penulisan
Surat ini diyakini ditulis pada tahun 55 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.
Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 2 Timotius dan Surat Titus, dimana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan.
Ada 4 pokok utama dikupas di dalamnya:
1. Guru-guru palsu: mereka yang menggunakan dan menafsirkan Perjanjian Lama untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga Timotius diingatkan bahwa "hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan."
2. Iman sejati: untuk menolak ajaran palsu bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat kita hidup ini, perlu diingat kenyataan bahwa Yesus sendiri merupakan manusia sejati dan Allah sejati, dan dengan demikian membantah ajaran-ajaran palsu itu.
3. Perilaku Kristen: harus dijaga dengan baik, terutama hubungan keluarga dan hubungan dalam jemaat.
4. Kepemimpinan Kristen: harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua orang yang mereka layani
1 Timotius Pasal pertama bermula dengan peringatan Paulus agar Timotius tidak ikut akan ajaran palsu, dongeng, silsilah yang tiada putus-putusnya dan agar Timotius tidak salah memahami akan hukum Taurat. “Hukum Taurat baik kalau tepat digunakan.” Makna dan guna hukum Taurat adalah untuk meyakinkan manusia akan dosa. Makna Injil adalah keselamatan dari dosa itu oleh iman. Paulus bersaksi bagaimana ia, sebagai orang penghujat, penganiaya dan seorang ganas bahkan sebagai “orang paling berdosa”, sudah diselamatkan agar dalamnya dinyatakan kasih dan kesabaran Tuhan sebagai teladan. Betapa penting bahwa pelayan jemaat tahu bahwa kita adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh iman dan anugerah (1 Tim. 1).
Kemudian Paulus memberi nasehat dalam pasal kedua tentang doa, yaitu bagaimana laki-laki dan wanita harus berdoa. Di sini tampak bahwa doa begitu penting dalam jemaat. Untuk wanita, Paulus khusus menjelaskan bagaimana mereka perlu berdoa dan beribadah dengan sopan santun, rendah hati dan kesederhanaan, tanpa sikap yang memerintah atas laki-laki. Betapa penting bahwa setiap pelayan, hidup sesuai dengan keberadaannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan (1 Tim. 2).
Dalam pasal tiga terdapat penjelasan tentang peraturan pemimpin dalam jemaat, yaitu syarat dan tanggung jawab jabatan penilik: penatua dan diaken bersama isterinya. Para pemimpin jemaat yang menggembalakan harus jadi teladan perilaku yang baik. Mereka harus memiliki kualitas karakter, kepribadian dan kelakuan yang benar yang patut diteladani. Yang ditekankan oleh Paulus adalah hal-hal yang praktis. Ini semua menunjukkan betapa pentingnya bagi setiap pelayan untuk hidup benar dan kudus (1 Tim. 3).
Pasal keempat memberi peringatan tentang “waktu-waktu kemudian”, yaitu akhir zaman, sebagai masa yang ditandai dengan orang murtad, penyesat dan ajaran-ajaran setan. Karena itu, Paulus mengajarkan bahwa pemimpin wajib memberikan ajaran yang sehat. Mereka harus menjadi pelayan Kristus yang baik. Dasarnya adalah bertekun dalam Firman Tuhan yang dapat menyelamatkan. Pasal ini berfokus pada betapa pentingnya bahwa setiap pelayan punya dasar Firman yang kokoh (1 Tim. 4).
Pasal kelima berbicara bagaimana hubungan baik harus dijaga, baik dalam jemaat maupun dalam keluarga. Dijelaskan didalamnya mengenai tanggung jawab dan hubungan dengan orang yang tua, yang muda, serta para janda. Ada instruksi juga tentang para penatua, dukungannya dan cara mendisiplin mereka yang berdosa. Di sini kita belajar betapa penting hubungan satu anggota dengan yang lain dalam Tubuh Kristus (1 Tim. 5).
Pasal keenam menjelaskan hubungan antara budak dan tuannya dan pandangan terhadap hal jasmani seperti harta dan kekayaan. Tampak jelas di sini bahwa keuntungan bukan saja diukur oleh uang dan harta! “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” (1 Tim. 6:6).
Jangan cinta uang! Mengapa? “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.” (1 Tim. 6:10).
Kita perlu hidup kudus dengan menantikan saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya. Betapa pentingnya pandangan kita terhadap uang dan harta (1 Tim. 6).
Tugas
Baca materi dan kerjakan soal yang ada, bisa juga dari sumber-sumber buku yang berkaitan dengan materi
1. Sebutkan syarat-syarat bagi seorang pejabat gerejawi
2. Apa yang harus dilakukan sebagai orang beriman dalam melawan ajaran sesat!
Aploud lewat link yang disediakan.
Comments