Surat-surat Am (bahasa Inggris: General epistles, juga disebut Catholic Epistles) adalah kitab-kitab Perjanjian Baru yang berwujud surat-surat.
Ada tujuh surat yang tergolong surat am. Dinamai "am" ("umum") karena bagian terbesar khalayak yang dituju surat-surat ini adalah orang Kristen secara umum, bukan kepada pribadi atau jemaat tertentu, sebagaimana Surat-surat Paulus. Surat 2 Yohanes dan Surat 3 Yohanes dimasukkan ke dalam kelompok ini meskipun mereka ditujukan masing-masing kepada "Ibu terpilih", diduga bermakna "Gereja", dan kepada "Gayus
Surat Yakobus dan Surat Yudas secara tradisional diyakini merupakan tulisan dua saudara laki-laki Yesus Kristus, yaitu Yakobus yang Adil dan Yudas (saudara Yesus).
Surat Ibrani secara tradisional dalam naskah-naskah kuno (sampai abad ke-5) dimasukkan ke dalam Surat-surat Paulus. Oleh sejumlah besar pakar Alkitab dianggap bukan ditulis oleh Tarsus, sehingga digolongkan ke dalam "surat-surat non-Paulus", tetapi bukan sebagai "surat-surat Am"
Dalam naskah-naskah kuno, Kisah Para Rasul digabungkan dan ditempatkan di depan Surat-surat Am.
Menurut urutannya dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru, ketujuh surat-surat Am ini adalah:
Surat Yakobus
1.1. Kepenulisan
Surat Yakobus adalah salah satu kitab dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Digolongkan ke dalam "Surat-surat Am" bersama dengan surat Yudas, surat 1 Petrus, surat 2 Petrus, dan ketiga surat Yohanes, sejak zaman Eusebius sekitar tahun 260-340 Masehi.
Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62 Masehi, karena Yakobus meninggal pada tahun itu.
Pengedaran surat ini sendiri diduga dilakukan agak lama setelah Yakobus meninggal. Ada keraguan mengenai waktu penulisan ini karena dalam (Yakobus 2:21-24, Yakobus sepertinya menentang pikiran Paulus yang tertulis dalam Roma 4:2; Roma 3:28; Gal 2;16, di mana Yakobus menjelaskan bahwa orang dibenarkan karena perbuatan dan bukan karena iman belaka, sedangkan Paulus tampaknya menegaskan bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, bukan karena pekerjaan atau perbuatan. Namun, Paulus sebenarnya menyetujui pandangan Yakobus, di mana "iman bekerja oleh kasih" (Galatia 5:6). Jadi, hanya berbeda konteks penulisan saja.
Tujuan
Surat ini ditujukan kepada orang Kristen Yahudi. Hal ini dikarenakan Yesus menampakkan diri pada Yakobus dan memberikan kepadanya anugerah. Tujuan penulisan surat ini adalah untuk membimbing anggota jemaat keluar dari kesalahan menuju hidup yang benar.
Isi
Pembagian isi dalam Terjemahan Baru adalah
· Pendahuluan 1:1
· Iman dan kebijaksanaan 1:2-8
· Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11
· Cobaan dan godaan 1:12-18
· Mendengar dan berbuat 1:19-27
· Peringatan supaya tidak membeda-bedakan orang 2:1-13
· Iman dan perbuatan 2:14-26
· Orang Kristen dan ucapan-ucapan mulutnya 3:1-18
· Orang Kristen dan dunia 4:1--5:6
· Berbagai-bagai petunjuk 5:7-20
Muatan Teologis
Tentang Allah
Dalam surat ini, dengan tegas dinyatakan bahwa Allah itu esa. Allah juga dituliskan sebagai Bapa segala terang. Gambaran ini sebetulnya merujuk pada cerita penciptaan ketika Allah mengatakan jadilah terang (Kej 1:3). Namun, yang terpenting dalam hal ini adalah firman kebenaran yang dihubungkan dengan penciptaan menjadi salah satu perhatian. Secara implisit, penulis surat Yakobus berpegang pada keyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah, dan sebagai gambar Allah orang percaya diberi roh yang ditempatkan dalam dirinya (Yak 4:5).
Etika
Surat ini memiliki kemiripan dengan ajaran moral para nabi, khususnya mengenai etika sosial. Etika dalam Yakobus hampir sama dengan etika Yahudi. Dalam sebuah perikop (Yak 3:13-18)Yakobus mengungkapkan sifat hikmat yang dapat dihubungkan dengan Yesus yaitu murni, pendamai,peramah, penurut, dan belas kasihan.
1.2.Iman dan Hikmat
Iman merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya
· Tentang hikmat
Seperti telah kita ketahui, karunia Allah yang amat penting bagi umat manusia adalah hikmat. Dalam kekristenan purba, kata ‘hikmat’ memiliki beberapa makna. Ketika surat Yakobus berbicara tentang hikmat, terdengar gema gagasan komunitas Yahudi, yang adalah asal-usul jemaat Kristen perdana. Pada saat surat ini ditulis, dalam Yudaisme sudah ada refleksi mengenai hakikat hikmat selama berabad-abad. Hal yang perlu diperhatikan, dalam surat ini hikmat diidentifikasi sebagai penyataan ilahi, yang memberi tuntunan untuk tindakan-tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyatakan bahwa hikmat bukanlah perasaan iri hati, ambisi mementingkan diri sendiri secara kasar, dan berdusta melawan kebenaran, melainkan:
“Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai” (3:17-18).
· Hikmat itu dapat berdamai dan menginginkan rekonsiliasi – sesuatu yang penting bagi jemaat yang terancam perpecahan. Hikmat itu lemah lembut dan terbuka untuk menerima pikiran atau pendekatan orang lain, bukan kegeraman atau hujatan, bukan pula bersilat lidah. Hikmat itu murah hati, bukan penghakiman yang kejam, yang menutup pintu bagi komunikasi. Hikmat itu penuh buah kebaikan, lebih suka memberkati daripada mengutuk. Itulah yang dimaksud dengan “anak sulung di antara semua ciptaan” (1:18). Hikmat tidak bertindak diskriminatif, tidak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian mengingkarinya. Hikmat itu konsisten, karena hikmat melahirkan integritas. Ringkasnya, hikmat menggenapi apa yang oleh surat Yakobus disebut sebagai “hukum utama,” yaitu mandat untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri.
1.3.Ujian dan pencobaan
Ujian dan pencobaan sangatlah berbeda, sebab ujian itu berasal dari Tuhan sedangkan pencobaan itu berasal dari si Iblis. Tuhan tidak pernah mencobai manusia. Tuhan memberikan ujian dengan alasannya apakah iman kita tetap teguh didalamNya dan apakah kita dapat menghadapinya dengan hati yang bersyukur dan tetap setia kepadaNya
BERBAGAI BENTUK PENCOBAAN
Ayub (Tiga hal yang digunakan Iblis untuk mencobai Ayub) • Kemiskinan – Ayub 1:13-19 • Penyakit Barah – Ayub 1:7,8 • Tekanan Emosi – Ayub 1:9-10a Tetapi, Ayub berhasil lulus dari pencobaan dan hidupnya diberkati.
· Ujian Berasal Dari Allah Sifatnya baik berbeda dengan pencobaan bahkan tujuannya untuk membangun agar lebih berkualitas. Kejadian 22:1 “Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham…” Allah menguji, karena ingin lihat bukti, cinta/kesetiaan kita kepada Tuhan.
· Cobaan Iblis Adalah Alat Penguji Allah Ayub 1:8, Allah membanggakan umatNya di hadapan musuh-musuhNya. Allah melindungi dan Allah memagari orang-orang percaya, 2 Raja 6:8-23. Tanpa ijin Allah, Iblis tidak bisa menyentuh orang percaya yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tetapi, Mengapa Allah izinkan Iblis mencobai Ayub yang saleh; jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Allah Ingin Melihat Kesetiaan UmatNya. Allah ijinkan Ayub dicobai Iblis, karena Allah ingin lihat, apakah Ayub tetap saleh; jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan… Pada waktu: • Kekayaannya ditarik dari Ayub • Tubuhnya berpenyakit • Tekanan perasaan/emosi. Allah mengijinkan Ayub dicobai Iblis dan menjadikan pencobaan Iblis itu, sebagai Alat Uji (alat tes/alat bukti) bagi Allah untuk melihat kualitas iman Ayub. Sesungguhnya iblis mencobai Ayub dengan maksud agar, Ayub mengutuki Allah. Melainkan hasilnya Ayub keluar seperti emas (makin berkualitas).
· Hasil yang dicapai Ayub : • Rohani, Ayub 42:5 ,Ayub mengenal Allah semakin dalam. • Jasmani, Ayub 42:10-17,Kekayaan Ayub di sorga dan di bumi berlipat ganda.
1.4. Pendengar dan Pelaku Firman
Firman Allah itulah yang membentuk kita bertumbuh secara rohani menuju keselamatan. Rasul petrus mengingatkan kita beberapa hal yaitu:
a. Kita harus menyingkirkan segala dosa dari hati ita
b. Kita harus merndukan Firman Allah seperti bayi yang merindukan air susu
c. Selanjutnya kita akan terus bertumbuh secara rohani dan beroleh keselamatan
1.5.Jangan memandang muka
Persoalan yang ingin dia tangani adalah sikap pandang bulu dan kecenderungan kita untuk merendahkan orang lain. Hal yang sangat sederhana, yaitu tidak membeda-bedakan orang, memandang semua orang dengan kebenaran dan hati Allah. Memandang yang dimaksudkan di sini bukan sekedar melihat atau mengarahkan pandangan kita kepada orang tersebut, sehingga itu dirasa cukup tetapi memandang dengan kebenaran berimplikasi pada sikap dan bahasa tubuh yang menunjukkan penerimaan sepenuhnya akan kehadiran orang lain.
1.6.Iman tanpa perbuatan itu mati
Yakobus mengatakan: “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati.” Karena iman menuntut pembuktian bukan sekedar dogma, kepercayaan, tetapi melampaui doktrin-doktrin keagamaan tersebut. Karena itu Yakobus menggugat cara beriman jemaatnya yang masih terpusat pada ajaran agama, tetapi tidak menghidupi ajaran itu dalam tindakan nyata.
1.7.Nasehat-nasehat lain
Nasihat tentang prinsip-prinsip spiritualitas (5:13-20). Bagian ini tidak bertentangan dengan garis utama pemikiran teologis penulis tentang perbuatan sebagai penyempurna iman. Kalaupun segala masalah harus dibawa dalam doa, tidak berarti bahwa tindakan rasional yang nyata tidak lagi diperlukan. Namun, yang hendak ditekankan adalah pentingnya spiritualitas kehidupan orang beriman, yang mencerminkan relasi personalnya dengan Allah. Baik penderitaan maupun kegembiraan, semua harus diungkapkan dalam hubungan personal dengan Allah. Itulah sebabnya, mereka yang sakit dinasihatkan agar berdoa, mereka yang bergembira dinasihatkan agar menyanyi (memuji Allah),. Dengan demikian keselamatan setiap anggota jemaat akan terpelihara, dan mereka terluput dari maut.
· Peringatan untuk tidak membeda-bedakan orang.
· Menasehati untuk saling mendoakan,
· saling mengingatkan dan saling menopang dalam kelemahan
· memandang semua orang dengan kebenaran dan hati Allah.
· tidak membeda-bedakan orang,
Tugas
Baca materi yang ada buatlah rangkuman untuk dipelajari, setelah itu kirim lewat WA guru mata Pelajaran (085239421500).
Comments