Ø Memahami Kitab Wahyu
Dalam memahami Kitab Wahyu, terdapat tiga macam pandangan teologis yang sangat menentukan cara pendekatan untuk memahami Kitab Wahyu antara lain pandangan profetis, pandangan spiritualistis, dan pandangan historis-kritis.
Ø Pandangan Profetis
Pandangan profetis menganggap Wahyu sepenuhnya merupakan nubuatan tentang akhir zaman, terutama jika dihubungkan dengan Kitab Daniel dan bagian-bagian eskatologis lain dalam Alkitab. Pandangan profetis terbagi dalam tiga aliran yaitu pandangan preteris, pandangan futuris, dan pandangan historis. Pandangan preteris berusaha memahami Kitab Wahyu dengan melihat peristiwa-peristiwa pada abad pertama, misalnya mengenai penganiayaan terhadap gereja yang digambarkan seperti metafora "ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5). Hal lain lagi yaitu Harmagedon (Wahyu 16:6) dipandang sebagai penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi yang dilakukan oleh prajurit-prajurit Romawi yang digambarkan sebagai binatang.
Pandangan futuris menganggap semua atau sebagian besar nubuat Wahyu adalah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada masa depan, menjelang kedatangan Kristus kedua.
Pandangan futuris juga mempercayai bahwa kesengsaraan dahsyat akan terjadi yakni periode tujuh tahun, ketika orang percaya di seluruh dunia akan mengalami penganiayaan dan kesyahidan serta akan disucikan dan dikuatkan olehnya
Pandangan futuris ini pertama kali dimunculkan oleh dua orang penulis Katolik yaitu Manuel Lacunza dan Ribera.
Pandangan historis menganggap Wahyu sebagai nubuat untuk rentang waktu dari abad pertama hingga kedatangan Yesus yang kedua.
Secara politis, simbol-simbol dalam kitab ini dimaknai sebagai nubuat mengenai perpecahan tahap demi tahap dan kejatuhan kekaisaran Romawi, timbulnya perpecahan di Eropa Barat dan bangkitnya kerajaan Islam di Timur.
Secara gerejawi Wahyu dipahami`sebagai nubuat mengenai perluasan gereja, bahwa setelah penganiayaan yang dialami, gereja terus berkembang hingga menaklukkan seluruh dunia.[
Ø Pandangan Spiritualistis
Pandangan ini menekankan makna spiritual di balik pewartaan Kitab Wahyu.[ Penglihatan-penglihatan yang dipaparkan dalam kitab ini dipahami sebagai ungkapan kebenaran rohani yang kekal, yang selalu dinyatakan di sepanjang sejarah.[3] Dalam pandangan ini, pewartaan kitab Wahyu selalu dimaknai secara alegoris.[3] Gambaran-gambaran yang ada di dalamnya dianggap sebagai alegori peristiwa-peristiwa di akhir zaman.
Ø Pandangan Historis Kritis
Pandangan ini memahami Kitab Wahyu dengan pendekatan historis-kritis. Menurut pandangan ini, pesan kitab Wahyu tidak mungkin dipahami tanpa analisis historis atas latar belakang penulisannya. Bahasa-bahasa apokaliptis yang digunakan dapat dipahami apabila latar belakang konteksnya lebih dahulu diketahui.[3] Pandangan historis-kritis memahami kitab wahyu dalam konteks historis abad pertama dalam sastra apokaliptik Yahudi dan Kristen.
Ø Muatan Teologi
Eskatologi
Pemahaman eskatologis kitab ini terdapat dalam Wahyu 1:7, di sana digambarkan mengenai peristiwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Selain itu, eshkatologi kitab ini juga bukan lagi peristiwa masa depan yang dinantikan, melainkan peristiwa masa kini yang mendemonstrasikan kuasa Allah, karena Yesus berkata "Aku datang segera".Selain itu, tema kerajaan Allah dalam kitab Wahyu dipengaruhi oleh pengertian kerajaan seribu tahun. Sebelum adanya kerajaan seribu tahun, pasti akan ada kesusahan yang besar, namun kesusahan tersebut akan hilang ketika Kristus mengalahkan sumber kesusahan.
Ø Etika
Dasar etika Kristen dalam kitab Wahyu dikemukakan dalam Wahyu 1:5, "...memang Tuhan menyelamatkan umatnya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya." Secara simbolis dan tipologis, pengalaman Israel ini merupakan ilustrasi bagi gereja. Dalam Yesus, Allah telah menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka pada masa lalu, namun mereka yang tidak percaya akan dibinasakan. Berita ini merupakan dasar perintah di mana orang beriman dipanggil untuk menarik garis pembatas dengan orang yang tidak beriman, sebab semua akan dihakimi berdasarkan perbuatannya. Perbuatan memiliki arti sebuah respons yang tepat terhadap karya keselamatan Allah dalam Yesus, yang telah diterima oleh orang-orang percaya.
Ø Eklesiologi
Eklesiologi kitab Wahyu mencerminkan bahwa jemaat terdiri dari saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara perempuan dalam satu keluarga Allah. Semua anggota jemaat disebut sebagai hamba-hamba atau pelayan-pelayan. Bahkan malaikat pun disebutkan sebagai sesama hamba (Wahyu 22:9) Gagasan dasar ini menjelaskan struktur jabatan gereja yang diduga telah diterapkan di Asia Kecil pada akhir abad pertama. Satu-satunya jabatan khusus dalam kitab Wahyu adalah nabi, namun tidak menunjukkan bahwa jabatan tersebut dilembagakan. Dilihat dari sudut pandang ekumenis, penulis Wahyu sangat memperhatikan situasi jemaat lokal, sebab jemaat itu merupakan komponen yang menentukan masa depan gereja secara keseluruhan.
Tugas
Baca materi, buatlah rangkuman. Settelah itu foto dan kirim melalui website.
Tuhan Yesus memberkati
Commentaires